JEMBER, CENDEKIA.NET – Isu dugaan penyelewengan anggaran penanganan Covid Rp 107 miliar era Bupati Jember Faida, kembali mencuat. Bahkan, sejumlah elemen masyarakat mendatangi Polda Jatim menuntut polisi mengusut kembali anggaran penanganan bencana kesehatan tahun 2020 itu.
Rupanya, desakan ini membuat sejumlah pejabat di era Faida kelabakan. Bahkan, dikabarkan ada yang menemui salah satu bakal calon bupati (bacabup) di rumahnya untuk transaksi politik. Padahal, berdasarkan peraturan, pejabat yang notabene aparatur sipil negara (ASN) dilarang terlibat dalam urusan politik praktis.
“Kabarnya Pak Fauzi menemui Gus Fawait di rumahnya, Rabu malam 17 Juli 2024 kemarin. Ia meminta perlindungan dengan menawarkan sejumlah kompensasi. Bisa jadi, dia mengajukan diri sebagai pemberi info dari internal birokrasi,” ungkap seorang sumber.
Fauzi atau Achmad Imam Fauzi, merupakan sosok pejabat penting di era Bupati Faida. Ia memegang kendali atas perencanaan pembangunan di Kabupaten Jember. Kala itu, Fauzi dipercaya oleh Faida sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).
Fauzi inilah yang disebut-sebut turut mendesain realokasi anggaran ratusan miliar untuk penanganan Covid. Belakangan, berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Jember 2020, penyajian kas di bendaharawan pengeluaran sebesar Rp 107.097.212.169,00 ternyata bermasalah. Tidak sesuai dengan SAP (Standar Akuntansi Pemerintah).
“Bahkan di akhir masa jabatan Bupati Faida, Pak Fauzi ini diangkat sebagai Pelaksana Harian atau PLH Sekretaris Daerah. Penunjukannya sebagai Plh Sekda juga penuh kontroversi dan polemik. Saat itu, ia memang dikenal loyalis Faida,” beber sumber yang sama.
Informasi yang diterima Cendikia, Fauzi mendatangi rumah Fawait untuk meminta pengawalan secara politik. Ia ingin posisinya sebagai pejabat dan statusnya menjadi ASN, aman dari jerat hukum. Sebab, polisi saat ini kembali memberi atensi atas dugaan penyelewengan 107 miliar anggaran penanganan Covid tersebut. Ada indikasi, Fauzi turut bertanggung jawab atas wewenang dan jabatannya saat itu.
“Kabarnya, Pak Fauzi membangun deal-deal politik dengan Gus Fawait. Dugaan saya, dia mengajukan diri sebagai spionase yang bertugas membocorkan kondisi internal di pemerintahan Bupati Hendy. Juga mencari celah kesalahan yang dilakukan. Karena Fauzi ini terkenal piawai mencari celah aturan dan kebijakan. Pak Hendy harus hati-hati dengan pejabat satu ini,” sebutnya. (putra)